Minggu, 10 Oktober 2010

Apakah Bekerja di Bank Konvensional Tidak Masuk Surga?

PERTANYAAN:
Assalamu’alaikum wr.wb.
Pak Ustadz, ana bekerja di bank konvensional milik pemerintah berkeinginan ke bank syariah (namun belum kesampaian)
1; Apabila ana masih di konvensional, ditakdirkan Allah meninggal apakah ana bisa masuk surga?
2. Apabila tidak ada usaha hijrah ke syariah, apakah ana sama sekali tidak ada kemungkinan masuk surga?
ejun <ejun@eramuslim.com>



JAWABAN:
Wa’alaikumussalam wr. Wb.
Persoalan apakah nasib akhir kita akan masuk surga atau neraka, hanya Allah-lah yang mengetahuinya. Karena Allah-lah yang berhak mengampuni dosa-dosa kita atau tidak mengampuninya. Demikian juga hak memasukkan kita ke surga atau neraka. Namun Allah dan rasul-Nya telah memberikan informasi-informasi tentang perbuatan yang akan mengantarkan kita ke surga atau neraka.

Dalam sebuah hadist, Ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Jika Aku shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Lalu aku tidak menambah selain amalan itu Apakah aku masuk surga?” Beliau menjawab, “Ya” (HR: Muslim)

Imam Nawawi berkata, “Mengharamkan yang haram artinya menjauhinya, dan menghalalkan yang halal artinya melakukannya dengan meyakininya.

An Nasai, Ibnu Hibban dan Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang hamba melaksanakan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, mengeluarkan zakat dan menjauhi tujuh dosa besar, melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang bisa dimasuki mana yang dikehendakinya.” Kemudian beliau membaca ayat:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). “ (An-Nisa: 31)

Adapun tujuh dosa besar tersebut adalah zina, minum khomr, sihir, menuduh orang baik melakukan zina, membunuh dengan sengaja, riba dan lari dari medan perang.

Rasulullah  saw bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang meghancurkan; syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah telah haramkan kecuali dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan riba (bunga), lari dari medan perang dan menuduh orang baik melakukan zina” (HR: Bukhori Muslim)

Rasulullah saw bersabda, “Allah melaknat pemakan harta riba, wakilnya, penulisnya dan dua saksinya. Mereka adalah sama” (HR: Muslim)

Terkait dengan pertanyaan Anda, maka sebaiknya harus ada azam (tekad) kuat untuk berhijrah dari yang tidak baik kepada yang baik. Jika tekad ini kuat maka insya Allah, Allah akan menunjukkan jalanNya. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, maka benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-Ankabut: 69)

قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ اللَّهْوِ وَمِنْ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki. (QS: Al-Jumu’ah: 11)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. “ (Qs: Al-Thalaq: 2-3)

Jika dalam usaha ke arah taubat kemudian Allah takdirkan meninggal dunia, maka insya Allah, Allah akan mengampuninya dengan syarat dia tekad kuat dan ada usaha untuk berhijrah, sebagaimana keterangan yang tercanum dalam kitab Riyadus Shalihin Bab Taubat hadist no.8 sebagai berikut:
Abu Sa’id, Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Di kalangan masyarakat sebelum kalian, ada seorang lelaki yang membunuh 99 orang. (Lalu karena ingin bertobat), ia bertanya kepada seseorang, dimana orang yang paling banyak ilmuya berada? Ia ditunjukkan kepada seorang pendeta, lalu ia mendatangi pendeta itu.
Orang yang mengantar berkata (kepada si pendeta), “Ia telah membunuh 99 orang. Apakah ia masih memiliki peluang bertaubat?” Pendeta itu menjawab “Tidak”
(Laki-laki pembunuh itu naik pitam) lalu membunuh si pendeta itu. Dengan demikian dia telah membunuh 100 orang.
Pembunuh itu bertanya kembali tentang keberadaan orang yang paling banyak ilmunya. Ia tunjukkan kepada ulama. (sesampainya di tempat ulama itu), orang yang mengantarkan berkata, “Ia telah membunuh 100 orang, apakah masih terbuka pintu taubat baginya?”
Ulama itu menjawab, “Ya,. Tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima taubat. Berangkatlah ke daerah ini dan itu. Di sana ada kaum yang menyembah Allah. Beribadahlah bersama mereka. Jangan kembali ke lingkunganmu, karena lingkunganmu adalah lingkungan yang buruk (penuh maksiat)”
Laki-laki itu berangkat (memenuhi nasihat ulama itu). Di tengah perjalanan, ia meninggal dunia.
Malaikat rahmat dan malaikat azab berselisih (memperebutkannya). Malaikat rahmat berkata, “Dia telah datang dalam keadaan bertobat. Hatinya tertuju kepada Allah (karena itu, dia adalah bagianku)”.
Malaikat azab berkata, “Dia belum melakukan kebaikan sedikitpun (karena itu, ia bagianku).
Kemudian, datanglah malaikat dalam bentuk manusia. Kedua malaikat itu mengangkatnya untuk menjadi penengah. Dia (malaikat penengah) berkata, “Ukurlah jarak dua tanah itu (tanah yang mengarah ke tempat pemberangkatan laki-laki akan bertobat dan tanah yang akan dituju). Ke manakaha dia lebih dekat, maka laki-laki ini miliknya”.
Dua malaikat mengukur tanah tersebut. Setelah itu, diketahui bahwa si pembunuh lebih dekat dengan tanah yang akan ditujunya. Dengan demikian, malaikat rahmatlah yang berhak mengambilnya” (HR: Bukhori Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Jarak ke tanah yang akan dituju lebih dekat satu jengkal, maka ia menjadi golongannya (Orang-orang baik)”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar